Jika kita mengagumi kesuksesan dari orang-orang terkenal seperti Tiger Wood, Muhamad Ali,Albert Einstein, Charles Darwin, David Becham, Mozart, Bobby Fischer, Bill Gates, dan banyak lagi daftar nama yang sangat panjang, sesungguhnya kita sangat ingin tahu rahasia kesuksesan mereka dan bagaimana cara mereka bisa menjadi sangat hebat dalam bidangnya masing-masing. Selama ini kita selalu memandang mereka dengan anggapan bahwa mereka mempunyai bakat alami, sehingga dia mampu menguasai bidangnya dengan mudah, mengalahkan pesaing-pesaingnya, dan sangat sulit untuk ditiru oleh orang lain.
Dia adalah orang terpilih dan dikarunia Tuhan dengan kemampuan yang tidak dipunyai oleh orang lain. Jika kita melihat David Becham dapat menendang pisang yang melengkung dan sulit dijangkau oleh kiper, Tiger Wood yang memasukan bola golfnya dari jarak yang sangat jauh hanya dengan satu ayunan saja, Mike Tyson yang dapat memukul jatuh musuhnya dengan satu pukulan maut, atau Mozart yang mampu menciptakan komposisi-komposisi indah, kita akan menganggap bahwa mereka mempunyai bakat alami dan kemampuan luar biasa yang berasal dari Tuhan.
Ternyata mitos ini tidak sepenuhnya benar. Dalam artikelnya di majalah Fortune pada tanggal 6 November 2006, Geoffrey Colvin mengungkapkan dari penelitian ilmiah bahwa rahasia kesuksesan ini bukan disebabkan oleh bakat alami melainkan memerlukan praktek dan kerja keras yang sangat disiplin dan menyakitkan selama bertahun-tahun. Seorang yang sukses biasanya harus berlatih secara intensif dan konsisten sejak kecil sampai dia berhasil mencapai apa yang dicita-citakannya. Tak ada kesuksesan yang datang begitu saja atau jatuh dari langit. Tak ada kesuksesan yang didapatkan secara instan, jika pun ada kesuksesan itu tak akan berlangsung lama. Tak ada orang yang sukses di bidangnya tanpa kerja keras dan latihan bertahun-tahun.
Sesungguhnya tak ada manusia di dunia ini yang memiliki bakat alami dalam bidang atau pekerjaan tertentu karena bakat alami sesungguhnya tidak ada. Tak ada orang yang sejak lahir langsung bisa menjadi penguasaha, atlit, seniman, atau ilmuwan yang hebat. Kita bukanlah kuda zebra atau jerapah yang sejak lahir langsung dapat berdiri dan berlari agar dapat menyelamatkan dirinya dari terkaman para pemangsanya. Kita hanya akan meraih kesuksesan melalui kerja keras yang sangat panjang, melelahkan, dan menyakitkan selama bertahun-tahun.
Ada yang mengatakan bahwa bakat adalah faktor keturunan. Jika seseorang lahir dari keluarga seniman besar, maka anaknya akan mengikuti jejaknya sebagai seniman ternama. Begitu juga terjadi dalam bidang-bidang lain. Orangtua cerdas akan cenderung mempunyai anak yang cerdas pula. Mozart dan John Sebastian Bach berasal dari keturunan pemusik. John F Kennedy yang menjadi presiden termuda di Amerika dan politikus paling cerdas berasal dari keluarga politikus dan ayahnya seorang duta besar bagi Inggris pada masa pemerintahan presiden Roosevelt. Charles Darwin dan Huxley mempunyai keturunan dari nenek moyang yang cerdas dan seorang ilmuwan ternama.
Begitu juga di Indonesia, setiap orang sukses selalu dihubungkan dengan keturunannya, terutama dalam bidang politik. Seorang pemimpin seperti lurah, bupati, gubernur, dan bahkan presiden harus mempunyai pamor dari keturunan bangsawan atau pejabat tinggi di masa lalu. Sukarno masih mempunyai darah biru dari garis keturunan bangsawan Majapahit dan kerajaan Bali. Gus Dur mempunyai seorang kakek yang menjadi pendiri dari Nadhathul Ulama.
Faktor keturunan ini bukan semata-mata hanya faktor genetis semata, tapi bagaimana peran orangtua mengarahkan dan mendidik anaknya sedini mungkin agar mengikuti jejak orangtuanya. Jika bapaknya seorang pemusik, maka dia akan melatih anaknya secara intensif untuk bermain piano sejak usia balita dan mengajari secara tehnis bagimana memainkan jari-jarinya secara benar di atas tuts piano. Jika bapaknya seorang atlit, maka dia akan melatih fisik anaknya sejak dini agar anaknya akan menjadi atlit yang mempunyai fisik yang kuat dan mampu mencapai prestasi yang maksimal. Dorongan orangtua inilah yang sering menjadi faktor kesuksesan seseorang atau secara bawah sadar mempengaruhi seorang anak untuk meniru orangtuanya, dan bukan oleh faktor genetis semata.
Tapi tidak selamanya faktor keturunan itu menjadi faktor penentu keberhasilan seseorang. Misalnya Isac Newton hanyalah berasal dari keluarga petani di suatu pedusunan Lincolnshire. Biarpun bukan dari keturunan yang cerdas atau berbakat, Isac Newton mampu menemukan rumus-rumus matematika yang cukup rumit, teori tentang gaya gravitasi, penemuan tentang sifat-sifat cahaya, hukum kuadrat terbalik, kalkulus variasi, dan hukum inersia tentang gerakan benda-benda di langit yang semuanya terangkum di dalam buku Principia yang sangat terkenal. Dengan karya-karya yang begitu besar, Isaac Barrow memutuskan untuk menyerahkan kedudukannya di bidang matematika kepada Newton lima tahun sesudah dia kembali ke Cambridge. Newton juga pernah menjadi ketua Royal Society, suatu perkumpulan bergengsi untuk para ilmuwan. Sebelum kematiannya, dia menulis, “Saya tidak tahu apa pandangan dunia tentang saya. Tetapi menurut saya, saya adalah seorang anak kecil yang sedang bermain di tepi pantai. Saya mengalihkan perhatian saya dari waktu ke waktu dan kemudian menemukan sebutir batu yang lebih halus aau sebuah kerang yang lebih indah, sementara lautan kebenaran yang besar berada di depan saya, menunggu untuk ditemukan.”
Leonardo Da Vinci adalah anak jadah dari pengacara Florentina dengan gadis petani. Dia lahir pada tanggal 15 April 1452 di kota kecil yang bernama Vinci di dekat kota Florence. Di tahun 1960, keluarganya pindah ke kota Florence dimana Leonardo mendapatkan pendidikan terbaik dari para ilmuwan dan seniman karena kota Florence pada saat itu adalah pusat ilmu pengetahuan dan seni di Itali. Bakatnya di bidang seni berkembang saat dia menjadi murid Andrea del Verrocchio yang merupakan pematung dan pelukis terkenal di Florence pada saat itu. Dia juga seorang lelaki tampan dan homoseksual. Leonardo mampu merancang bangunan gereja dan ahli dalam bidang arsitektur. Dia juga seorang pelukis paling terkenal dengan mahakarya seperti Mona Lisa da The Last Supper. Dia juga seorang penemu dalam berbagai bidang seperti persenjataan, cerobong asap, pintu yang bisa menutup sendiri, merancang pesawat terbang dan prinsip-prinsip aerodinamis, dan menciptakan parasut. Di dalam bidang anatomi, dia mempelajari sirkulasi darah dan mata. Dia juga membuat penemuan-penemuan dalam bidang meteorologi dan geologi.
Begitu juga orangtua Shakesphere hanyalah penduduk biasa di kota Stratford-upon- Avon, Warwickshire. Ayahnya yang bernama John Shakesphere hanyalah seorang pedagang lokal, tapi Shakesphere sendiri mampu menjadi salah satu penulis drama dan penyair paling terkenal di dunia dan belum tertandingi sampai saat ini. Dia menggunakan puisi dalam sejarah, tragedi, dan drama komedinya serta menulis 154 soneta. Dengan mahakarya seperti Romeo and Juliet, King Lear, Othello, a Midsummer Night’s Dream, Anthony and Cleopatra, The Merchant of Venice, Machbet, Hamlet, dan Julius Ceasar, Shakesphere mampu menyihir semua orang dengan drama komedi-tragis yang mampu membuat pentontonnya menangis dan tertawa sekaligus atau mencapai puncak katarsis.
Albert Camus hanyalah berasal dari keluarga miskin di Aljazair dan dibesarkan oleh seorang ibu yang buta huruf. Albert Camus tidak pernah mengenal siapa ayahnya karena ayahnya yang bernama Lucien Camus meninggal di medan tempur saat dia masih berumur 1 tahun. Sejak kecil dia dibesarkan oleh ibu dan neneknya. Bakat Camus untuk menulis menjadi berkembang pesat saat dia kuliah di fisafat di univesitas Aljazair. Kemudian dia pindah ke Paris untuk menjadi jurnalis untuk surat kabar Paris-Soir. Saat Perang Dunia ke-II berkecamuk, dia aktif dalam perlawanan membela Perancis dan menjadi editor untuk surat kabar bawah tanah yang bernama Combat Dia mampu menjadi penulis terkenal dan pelopor aliran eksistensialisme bersama Jean Paul Sartre. Aliran eksistensialisme ini mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kesusasteraan dunia sampai saat ini. Karya-karya Camus yang terkenal dan masih sering dibicarakan orang adalah La Peste, L’Étranger, L’Exile et Royaume, Caligula, Le Mythe de Sisyphe, atau L’Homme Révolté. Dia adalah seorang penulis, novelis, dramawan, esais, dan filosof yang karya-karyanya mencerminkan filsafat absuditas post-Perang Dunia ke-II dan perasaan keterasingan manusia. Dia meriah Nobel di bidang kesusasteraan pada tahun 1957.
Ayah Ronald Reagen hanyalah seorang salesman sepatu yang tidak lulus SMU dan seorang pemabuk berat. Keberuntungan Reagen berubah saat dia mendapat beasiswa untuk sekolah di Eureka College karena kemampuan berolahraganya, biarpun dia harus bekerja mencuci piring agar tetap bisa makan. Ronald Reagen memulai karirnya bukan sebagai politikus tapi sebagai aktor Hollywood dan dia mulai dikenal publik saat membintangi filem Kings Row. Karirnya semakin menonjol saat dikontrak menjadi pembawa acara di televisi untuk acara The General Electric Theater. Kemampuannya berorasi membuatnya terjun ke dunia politik dan masuk sebagai anggota partai republik. Karirnya di dunia politik jauh lebih gemilang daripada menjadi seorang artis. Setelah menjadi gubernur dia akhirnya terpilih menjadi presiden Amerika Serikat selama dua periode. Dia mampu menjadi presiden Amerika yang sangat berpengaruh di era 80-an terutama mengakhiri era perang dingin antara blok barat dan timur dan menghindari ancaman perang nuklir yang telah berlangsung puluhan tahun.
Begitu juga dengan Seoharto, dia berasal dari Bapak yang bernama Kertosudiro dan ibu Sukirah. Mereka hanyalah petani miskin di desa Kemusuk, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta. Soeharto mengawali karir sebagai tentara Knil, lalu menjadi tentara PETA. Karirnya di militer semakin menanjak saat dia sukses memimpin serangan umum 1 maret untuk merebut kota Yogya dari pendudukan Belanda, mengembalikan Irian menjadi bagian dari negara Indonesia, dan menumpas pembrontakan PKI di tahun 1965. Akhirnya dia mampu menjadi presiden Indonesia selama tiga puluh dua tahun dan mampu memajukan perekonomian Indonesia yang terpuruk di masa Soekarno dengan ideologi pembangunan, biarpun dia juga dikenal sebagai diktaktor yang kejam, bertangan dingin, dan sistem pemerintahan yang penuh dengan korupsi dan kolusi.
Ada salah satu contoh orang yang sangat berbakat, tapi dia berasal dari keturunan yang sangat jauh berbeda Dia adalah Srinivasa Ramanujan. Dia berasal dari India dari keluarga miskin di Madras dengan tubuh pendek dan gemuk. Di sekolah, dia sangat pintar belajar aritmatika, tapi dia tidak berhasil masuk ke perguruan tinggi hanya karena dia gagal dalam ujian bahasa Inggris.
Meskipun demikian, dia mampu mengeksplorasi matematika sendirian hanya dengan mempelajari teks matematika yang merangkum bidang inti ilmu matematika. Dengan kemampuannya yang ganjil inilah yang membuat para pakar matematika di Inggris cukup tertarik mengundangnya di universitas Cambridge. Ternyata dia bukan saja mampu mengikuti pemikiran orang-orang Eropa kontemporer dalam bidang matematika, tapi dia mampu mengembangkan rumus-rumus matematika lebih jauh di atas mereka. Lalu kita sering bertanya dari mana asal usul kecerdasan Srinivasa Ramanujan dan siapa yang membimbingnya sampai dia mampu mengembangkan bakatnya yang luar biasa itu.
Biarpun kemampuan dan bakat yang mereka punyai bukan berasal dari faktor keturunan, tapi kemungkinan terbesar mereka mendapatkannya dari orang lain. Newton mampu menjadi ilmuwan jenius saat dia masuk ke Cambrige. Leonardo mampu mengembangkan bakatnya di bidang seni dan ilmu pengetahuan karena mendapat bimbingan dari lingkungan seniman di kota Florence. Kadang komunitas, pergaulan, dan lingkungan seseorang dapat menjadi faktor yang menentukan jalan menuju kesuksesannya daripada dari faktor keluarga atau keturunan.
Tuesday, 14 July 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment